Sabar : Kunci Kecerdasan Emosi

http://fcgadget.appspot.com/spec/shareit.xml

HELLO

silahkan kunjungi Blog ini... moga bisa menjadi hiburan ea...hehehe

mari qita bersahabat...hehehe
Deden saepul muhtaz. Diberdayakan oleh Blogger.

kEnaLi sAya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Apa adanya.

Pengikut

Rabu, 16 Maret 2011

Nisan Persahabatan

Cahaya dari kamar itu nampak bak kunang-kunang, mungkin hanya cahaya dari layar laptop yang di nyalakan untuk menyelesaikan tugas sekolahnya. Jam dinding di kamar itu nampak terpaku tak bermuka hanya terdengar detaknya saja. Rama merasa matanya mulai berat, dia melihat ke arah sudut kanan bawah laptopnya untuk melihat jam. Jam dua kurang lima menit dini hari, pantas saja matanya terasa berat dan sudah tak kuat lagi memainkan jari-jarinya di atas keyboard laptopnya.

Kasur empuk berlapiskan sepray berwarna biru langit itu mengantarkannya berkelana ke alam mimpi, di peluknya bantal guling yang warnanya juga biru langit sebagai penghangat tubuhnya selain selimut.

“Innalillahi..., aku kesiangan!” Rama segera menyibakkan selimutnya dan segera lari ke kamar mandi untuk mandi dan mengambil wudhu. Kelihatan sekali jika memang Rama adalah anak yang rapi dan sangat disiplin, penampilannya meskipun terburu-buru tapi tetap rapi dan tak kurang satu apapun.

Setibanya di sekolah tepat sekali waktu masuk pelajaran telah tiba, Rama tidak terlambat sedetikpun, justru malah Dhany sahabta Rama yang terlambat hampir sepuluh menit setelah jam pelajaran di mulai. Dhany nampak lusuh dan matanya merah karena kurang tidur, dan ia nampak lemas karena tidak keburu sarapan.

“kamu tidur jam berapa semalam?” tanya Rama kepada sahabatnya yang baru saja duduk di sebelahnya.

“aku baru tidur setelah solat subuh Ram, jadi masih kurang banget, padahal ibuku sudah membangunkan aku tadi, tapi aku ketiduran lagi. Ah... sial” keluh Dhany yang menyesalkan kelakuannya.

Jam dua siang Rama dan Dhany pulang bersama naik motor Tiger miliknya Rama. Namun mereka tidak lantas pulang, karena Dhany meminta Rama untuk mengantarkannya ke rumah sakit tempat Adriyan di rawat selama tiga hari terakhir ini. Adriyan adalah sahabat Dhany juga, namun Adriyan bukanlah sahabat Rama. Rama dan Adriyan adalah bagian hidup Dhany, mereka berdua sangat menyayangi Dhany. Adriyan di rawat di rumah sakit karena penyakit kangkernya yang sudah semakin parah, yaitu kangker hati yang di deritanya semenjak ia berumur lima tahun, di tambah lagi dengan derita adriyan yang kehilangan ibunya pada saat ia berusia lima belas tahun. namun Adriyan bisa kuat bertahan hidup sampai detik ini karena kekuatan dan semangat yang di berikan oleh Dhany yang sangat berarti bagi hidupnya, semenjak satu tahun yang lalu Adriyan mengenal Dhany dan bersahabat, Adriyan memiliki semangat baru dan mampu bertahan.

“Adri, aku dan Rama pamit pulang dulu ya, besok pagi aku kesini lagi” Dhany pamit karena hari juga sudah semakin gelap.

“iya, terimakasih Dhany, Rama.” Adriyan nampak lemah dan tak berdaya namun tetap tersenyum kepada Dhany dan Rama.

***

Rama berseri-seri menghampiri Dhany yang tengah asyik dengan novel kesayangannya duduk sendiri di pojok kelas bangku paling belakang. Dhany tersenyum keheranan dengan kelakuan Rama yang tak biasanya dan sebahagia pagi itu.

“kamu tahu nggak kenapa aku bahagia banget hari ini?” dengan memegangi pundak Dhany, Rama bertanya.

“mana aku tahu, kan kamu belum cerita”

“aku bahagia banget karena pagi-pagi aku sudah di suguhi mentari yang cantik dan dia tersenyum manis sekali padaku”

“biasa aja, aku juga dari tadi pagi mendapatkan hal yang sama kok, tuh sekarang mataharinya malah makin cerah” Dhany menunjuk ke arah matahari di langit.

“ah... bukan itu maksud aku, barusan aku bertemu dengan Syarifa, dan dia tersenyum manis banget kepadaku. Gimana aku nggak bahagia coba?, nampaknya dia ada rasa sama aku, ahhhh...senangnya...” antusias sekali Rama menceritakan kejadian pagi itu kepada Dhany. Rama mungkin tak pernah sadar kalau sahabatnya dan Syarifa sama-sama suka.

“Alhamdulillah... kalau sahabatku ini senang, aku juga akan sangat senang.” Dhany tidak menampakkan kekecewaannya di hadapan Rama.

***



“Syarifa, aku boleh bertanya sesuatu?” Dhany membuka pembicaraannya dengan gadis yang paling ia kagumi itu.

“tentu boleh, apa yang mau kamu tanyakan?” Syarifa nampak malu-malu penuh harapan atas apa yang akan di tanyakan oleh pemuda tampan yang ada di hadapannya. Jantungnya berdegup tak beraturan mengharap Dhany menanyakan perasaannya kepada Dhany.

“ini mengenai sahabatku, Rama yang telah lama menginginkan kamu untuk mencintai dirinya, aku hanya ingin bertanya bagaimana perasaan kamu kepada Rama yang sebenarnya?, karena aku rasa kamu juga memiliki perasaan yang sama dengan apa yang di rasakan sahabatku itu...”

“Astaghfirullah... kamu menyuruh aku datang ke taman ini untuk menanyakan hal itu?, kalau boleh jujur, aku justru memiliki perasaan yang lebih bukan pada sahabat kamu itu, tapi kepada kamu... kamu terlalu mementingkan perasaan sahabat kamu itu ketimbang memikirkan perasaanku dan perasaan kamu sendiri. Aku tahu kamu menyayangi aku kan?, kamu memiliki perasaan yang sama dengan aku, tapi kamu berusaha menyembunyikannya dan menolak perasaan itu hanya karena sahabat kamu...” Syarifa sesenggukan, butiran bening penuh kepedihan itu mengalir halus dari matanya yang indah. Tak kuat lagi ia menyembunyikan perasaan sayang itu kepada Dhany yang telah lama ia dambakan.

“ma’afkan aku Syarifa, kalau aku tidak pernah bisa membalas perasaan kamu terhadap aku, karena aku memang tidak memiliki perasaan yang lebih kepadamu seperti yang dimiliki Rama sahabatku, dan aku hanya...” pembicaraannya terpotong oleh suara handphonnya yang berbunyi di dalam saku kemeja putihnya.

“Innalillahi... iya aku akan segera kesana, terimakasih” wajah Dhany berubah derastis, penuh kekhawatiran dan kesedihan. Ia segera berlari meninggalkan Syarifa dan menuju ke ruangan kelas mencari Rama untuk mengantarkannya.

“Syarifa aku pergi dulu, Adriyan kritis di rumah sakit, mohon do’anya...” sambil kakinya melangkah berlari, Dhany melambaikan tangannya kepada gadis cantik yang masih menangis itu.

Rama dan Dhany melaju menuju Rumah sakit dengan kecepatan di atas rata-rata, Rama sadar sekali kalau sahabatnya itu tengah di landa kekhawatiran yang luar biasa. Jalan yang di lalui Rama dan Dhany mengalami kemacetan, tak ada lagi jalan pintas yang bisa di lalui, setengah jam lebih mereka merayap dengan di penuhi rasa cemas yang kian akut. Setelah lolos dari kemacetan Rama melaju kembali, Dhany menyuruh Rama mengendarai motornya lebih cepat lagi supaya cepat sampai di rumah sakit, padahal Rama sudah semaksimal mungkin mengendarai motornya.

“bruk... kudubrakk...” Motor yang di tumpangi Rama dan Dhany bertabrakan dengan truk besar yang mengangkut semen. Keduanya tak sadarkan diri, dan segera para pengguna jalan menghentikan perjalanannya untuk melihat kecelakaan itu. Rama dan Dhany segera di bawa ke rumah sakit yang juga tempat dimana Adriyan di rawat.

Setengah jam setelah sampai di Rumah sakit, Dhany tak sanggup lagi bertahan, dokter pun nampak pasrah melihat kenyataan ini, karena pendarahan di kepala Dhany tak henti-henti mengalir. Ketika Dhany tengah berjuang diantara hidup dan matinya, Adriyan juga tengah memperjuangkan hidupnya, dan menantikan donor hati agar ia mampu hidup normal. Di kamar yang lain Rama masih belum sadarkan diri, ia masih tergolek tak berdaya, namun pendarahan di kepalanya sanggup di hentikan. Sebelum nafasnya terhenti, Dhany meminta kepada dokter yang menanganinya untuk memberikan hatinya kepada Adriyan yang sangat membutuhkannya.

Sehari setelah kejadian tragis itu berlalu, semua seolah menjadi hampa bagi Rama dan Adriyan, namun mereka belum tahu kalau sahabat terbaik mereka itu telah pergi dan tak akan pernah kembali lagi.

“dokter, kapan saya boleh pulang?, apa sahabat saya Dhany atau Rama sempat kemari?” Adriyan ingin sekali memberikan kabar baik bahwa dia telah mendapatkan donor hati dan kini dia telah sembuh total, namun sahabatnya itu tak kunjung datang untuk menjenguknya. Begitupun dengan Rama yang selalu bertanya keada dokter tentang keadaan sahabatnya yang kemarin mengalami kecelakaan bersamanya.

***

Sebulan telah berlalu, Dhany masih belum ada kabarnya. Rama dan Adriyan masih belum tahu perihal kepergian Dhany. Syarifa tiba-tiba datang menjenguk Rama di rumahnya, yang kebetulan di situ juga ada Adriyan yang menemani Rama. Saat Syarifa datang kontan Rama merasa bahagia, dan tiba-tiba Adriyan mengubah suasana bahagia itu dengan pertanyaannya.

“Syarifa, apa kamu tahu dimana Dhany berada?, dia sudah sebulan tanpa kabar, kami sangat merindukannya” Adriyan berharap Syarifa mengetahui keberadaan Dhany dan memberitahukan kabar yang baik mengenai sahabatnya itu. Namun apa yang terjadi, Syarifa justru malah menangis.

“Rama, Adriyan, apa kalian benar-benar tidak mengetahui tentang kepergian Dhany?” Syarifa tak kuat menceritakan semuanya, ia hanya bisa menangis sesenggukan.

“apa yang terjadi Syarifa?” desak Rama.

“ceritakan kepada kami apa yang terjadi, mengapa Dhany tega meninggalkan kami?” Adriyan ikut menangis melihat Syarifa menangis menceritakan tentang Dhany yang pergi entah kemana.

“sesungguhnya Dhany tidak pergi kemana-mana, karena detik ini juga dia ada diantara kita, dia menjelma menjadi salahsatu dari kalian. Dhany lah yang menggantikan hatimu Adriyan, dia kecelakaan bersama Rama ketika akan menjenguk kamu yang tengah kritis di rumah sakit, dia tidak mampu bertahan hidup karena luka di kepalanya tak henti-hentinya mengeluarkan darah, dan sebelum ia mengakhiri nafasnya, ia meminta kepada dokter untuk memberikan hatinya untuk sahabatnya yang harus tetap hidup, yaitu kamu Adriyan. Dia juga meminta aku untuk mencintai Rama dengan sepenuh hatiku dan membahagiakan kamu Rama. Satu lagi permintaan dia yang dia titipkan kepadaku untuk aku sampaikan kepada kalian, dia ingin sekali kalian bersahabat, dan jangan pernah menganggap dia mati karena hati dia tetap hidup diantara kalian.



Adriyan, Rama, dan Syarifa menangis kembali melihat kenyataan bahwa sahabat mereka telah pergi, dan mereka teramat kagum dan berterimakasih kepada Dhany yang sangat banyak pengorbanannya untuk kebahagiaan mereka semua. Mereka bertiga bersama-sama pergi ke makam Dhany untuk mendo’akannya dan berterimakasih atas segala pengorbanannya.

The End

0 komentar:

Posting Komentar