Sabar : Kunci Kecerdasan Emosi

http://fcgadget.appspot.com/spec/shareit.xml

HELLO

silahkan kunjungi Blog ini... moga bisa menjadi hiburan ea...hehehe

mari qita bersahabat...hehehe
Deden saepul muhtaz. Diberdayakan oleh Blogger.

kEnaLi sAya

Foto saya
Bandung, Jawa Barat, Indonesia
Apa adanya.

Pengikut

Rabu, 09 Maret 2011

Nisan Persahabatan

Ryan selalu merasa tersiksa saat sakit di kepalanya datang, ia merasa langit-langit kamarnya seperti jatuh ke atas kepalanya, palu-palu menghujamnya, paku-paku menancap di kepalanya, dan otaknya di sayat-sayat sembilu. Rasa sakit itu datang hampir setiap hari dan datang tidak kurang dari dua puluh menit. Sungguh siksaan yang tak pernah ia bayangkan dalam hidupnya. Ryan selalu ingin menghindar dari sahabat-sahabatnya saat sakit itu mulai terasa akan datang.
Irwan adalah sahabat Ryan yang paling dekat dan paling tahu Ryan, meskipun persahabatan mereka baru sebulan, tapi Ryan begitu percaya kepada Irwan. dan Irwan juga sangat menyayangi Ryan meskipun perkenalan mereka hanya dari media Facebook, karena wajah Irwan mirip sekali dengan sahabat Ryan yang telah meninggal. irwan sangat bahagia bisa bersahabat dengan Ryan karena di saat sahabat-sahabat terdekatnya menjauh darinya tiba-tiba Ryan datang bagaikan setitik bintang yang mencerahkan hari-harinya. Ryan mampu menjadi sahabat yang benar-benar bisa menerima irwan apa adanya.
Diaz . Dia adalah sahabat irwan sebelum Ryan datang, perkenalan Irwan dengan Diaz juga berawal dari facebook. Awalnya Diaz dan Irwan chating, saling bercerita tentang alasan mereka bergabung di sebuah group terlarang di facebook. Diaz menceritakan masa lalunya yang sering berganti-ganti pacar, dan Irwan menceritakan pengalamannya yang sering di sakiti wanita karena kepolosannya yang selalu menuruti keinginan pacarnya. Mereka berdua akhirnya memutuskan menjadi pria sewaan. Mereka sering sekali di sewa tante-tante girang, laki-laki gay, dan para wanita yang menginginkan kepuasaan sesaat.
Ryan, Irwan, dan Diaz kini bersahabat, mereka memiliki perasaan yang sama. Yaitu mereka selalu merasa di buang oleh orang-orang terkasihnya, mereka selalu merasa terpuruk, dan kadang mereka juga merasakan putus asa atas hidupnya, sebelum akhirnya mereka bersahabat dan saling mengisi satu sama lain.
Ryan adalah anak yang manja, bawel, dia selalu ingin di perhatikan oleh orang-orang terdekatnya, ia selalu mencari perhatian dan ia paling takut jika di tinggalkan oleh orang-orang terkasihnya. Ryan memiliki keluarga yang hancur, ayah dan ibunya bercerai. ayahnya menjadi narapidana karena terbukti korupsi, ibunya tak sanggup menahan penderitaan itu, hingga akhirnya mereka bercerai dan Ryan tinggal bersama Ibunya karena ayahnya tinggal di penjara. Ini membuat Ryan sangat terpuruk dan kadang merasa enggan untuk bergaul dengan teman-teman kuliahnya. Untuk mengalihkan konsentrasinya agar tidak terpikir masalah-masalahnya ia menjadi seorang penyiar radio dan prestasinya sangat bagus sehingga sering kali ia di daulat untuk menjadi MC di berbagai acara.
Irwan memliki kebiasaan menutupi permasalahan yang di hadapinya kepada sahabat-sahabat terdekatnya dengan alasan tidak ingin membebani mereka dengan masalahnya. Namun ia adalah orang yang baik dan sangat enak di jadikan tempat curhat oleh sahabat-sahabatnya. Ia hanya ingin mendengar masalah orang lain, tapi tidak ingin masalahnya di dengar oleh orang lain, senyum orang lain adalah senyumnya juga,tapi tangisnya bukan lah tangis orang lain, ia akan menuangkan permasalahannya ke dalam hoby menulisnya dan menciptakan lirik-lirik lagu dan puisi kemudian ia nyanyikan sendiri. Dia juga seorang anak yang cuek, jutek, dan ceplas ceplos, namun jiwa setia kawannya sangat besar. Ia sejak umur dua tahun tidak tinggal bersama kedua orangtuanya, ia hanya di asuh oleh keluarga tantenya dan neneknya. Ia kadang merasa terbuang dari keluarganya. Ia merasa segan ketika bertemu dengan keluarganya dan merasa seperti sedang berhadapan dengan orang lain.
Diaz anak yang pendiam, tertutup, namun ia adalah teman yang baik untuk di jadikan tempat curhat, dan meminta pendapat. Ia memiliki kemampuan melihat permasalahan yang di hadapi orang-orang terdekatnya. Ia juga memiliki hoby menulis, berpuisi, menyanyi, dan melukis. Ketampanannya mampu membuat teman-teman kuliahnya merasa iri kepadanya sehingga ia kadang merasa ingin menjauh dari dunia, dan karena kebiasaannya menjual diri membuatnya merasa tidak pantas bergaul dengan orang-orang di sekitarnya.
Namun sejak mereka bertiga bersahabat dan berjanji untuk menjadi satu hati dan satu jiwa, mereka perlahan mampu berdiri tegap, mampu menghadapi tantangan dunia, mampu mengekplorasi keistimewaan mereka dan berusaha melupakan masalalu dan masalah mereka yang sangat besar. Diaz kini lebih terbuka dan ramah dengan teman-teman di sekitarnya, begitu juga Irwan dan Ryan yang kini sanggup menjadi manusia yang baru dan tidak pantang menyerah dan berputus asa karena mereka bertiga adalah satu dan mereka akan bersama untuk selamanya.
Namun suatu ketika mereka memiliki masalah masing-masing di waktu yang bersamaan. Ryan di fonis hidupnya tidak akan lama lagi karena kangker otak yang di deritanya sudah kian akut. Irwan harus membayar hutang keluarganya yang lebih dari dua puluh juta, dan hanya punya waktu seminggu untuk melunasinya, sehingga Irwan mungkin terpaksa harus kembali lagi ke lembah hitam yang sudah ia tinggalkan. Dan Diaz harus mau melayani seorang lelaki gay yang hiper seks, jika Diaz tidak mau maka aibnya akan dibuka dan keluarga dan sahabatnya akan di bunuh. ia di beri kesempatan untuk berpikir selama tiga hari untuk memutuskan itu semua.
Mereka seperti berada di sebuah jeruji besi, tak mampu berpikir dan melangkah.
“bagaimana kalau aku saja yang melayani lelaki gay itu sob...?” celetuk Irwan di tengah keheningan.
“maksud kamu, kamu ingin bunuh diri?” timbal Diaz yang nampak bingung dan kesal dengan pernyataan Irwan.
“begini maksudku. Aku melayani lelaki itu dan aku akan meminta bayaran kepada dia sesuai dengan uang yang aku butuhkan, jadi aku selamat dan kamu juga selamat sob”.jelas Irwan.
“kalau begitu, biar aku saja yang melayani lelaki bajingan itu. Biar masalah kalian berdua beres dan aku juga akan tenang mati karena dua sahabatku telah terselamatkan. Ingat, umurku tidak lama lagi, jadi tidak akan ada masalah jika aku melakukan ini, meskipun aku tidak tahu apa yang akan aku hadapi ini” Ryan berusaha menengahi semuanya.
Ryan segera menemui lelaki gay yang mengancam Diaz. Ryan di temani dua sahabatnya untuk memastikan tempat yang telah di tentukan yaitu sebuah kamar hotel yang mewah. Ryan masuk kamar itu, Irwan dan Diaz menunggu di lobi hotel dengan hati yang sangat tidak tenang dan khawatir dengan keadaan Ryan yang terancam. Sejam kemudian Ryan keluar dari kamar mewah itu dengan wajah yang cerah dan terlihat bahagia, ia juga membawa amplop cokelat yang mungkin isinya uang yang di butuhkan Irwan. Diaz dan Irwan terlihat bingung dengan keadaan ini, mereka mengerutkan keningnya seolah penuh tanya apa yang sebenarnya yang di lakukan Ryan untu membantu mereka. Ryan menjelaskan semuanya, dia hanya berbicara baik-baik untuk menyelesaikan ini, dia membuat lelaki gay itu menjadi sadar dan mau menolongnya juga dua sahabatnya.
Sepulangnya dari hotel, Ryan jatuh pingsan setelah sebelumnya meraung kesakitan sambil memegangi kepalanya dan menyjambak rambutnya yang mulai rontok. Irwan dan Diaz segera membawa nya ke rumahsakit dengan menggunakan motor Diaz. Di tengah perjalanan menuju Rumahsakit Ryan sempat sadarkan diri dan ia meminta Diaz untuk menghentikan laju motornya. Mereka bertiga duduk di trotoar jalan raya, Ryan terkulai tak berdaya di pangkuan Irwan, dia meninta maaf kepada Irwan dan Diaz, dan dia juga berpesan untuk menjaga selalu sucinya persahabatan mereka.
Tangisan itu membuncah di pinggir jalan raya. Dengan dua kalimat syahadat Ryan menutup mata untuk selamanya di pangkuan kedua sahabatnya. Bulir-bulir bening kepedihan tumpah sudah dari kedua mata Irwan dan Diaz. Tak pernah mereka membayangkan Ryan akan pergi secepat itu, di saat kebebasan hidup hampir di reguk oleh mereka. Nisan pemisah itu kini menjadi simbol persahabatn mereka yang hanya sebetar namun berbekas. Biarkan mungkin nisan menjadi pemisah, namun hati tak kan pernah berjauhan.

0 komentar:

Posting Komentar